“ Deteksi Sonority Peak Untuk Penderita Speech Delay Menggunakan Speech Filing System ”
- Latar Belakang Penelitian
Objek kajian fonetik akustik seba-gai bentuk gejala fisika yang mengana-lisis bagian pertuturan manusia. Analisis berbantuan perangkat lunak Speech Filing System (SFS) digunakan untuk memper-mudah mendeteksi ciri perkembangan akusitik fonologi seperti silabel, morfem atau domain bunyi segmental dan bunyi suprasegmental. Bunyi segmental ini me-rupakan bunyi yang dapat disegmen-tasikan.
Ciri akustik yang dapat dideteksi merupakan sejum-lah kontur nada yang berbeda ketika individu melakukan tuturan. Perbedaan ter-sebut diidentifikasikan karena adanya perbedaan letak tekanan sejumlah kontur nada yang berbeda dan merupakan ma-nifestasi dari pola atau intonasi dasar tertentu (Syarfina, 2008:102). Pendeteksi suara dapat dilakukan dengan bantuan perangkat lunak sehingga mudah dide-teksi secara tepat pengukuran frekuensi, luas gelombang, bentuk dan lamanya gelombang suara. Pendeteksi suara dapat dilakukan dengan bantuan perangkat lunak sehingga mudah dide-teksi secara tepat pengukuran frekuensi, luas gelombang, bentuk dan lamanya gelombang suara.
Pendeteksi suara dapat dilakukan dengan bantuan perangkat lunak sehingga mudah dide-teksi secara tepat pengukuran frekuensi, luas gelombang, bentuk dan lamanya gelombang suara. Van Heuven (1994) menjelaskan bahwa ciri frekuensi fun-damental tersusun dalam struktur melodi. Pengukuran frekuensi melodi dilakukan secara terpisah, seperti nada dasar, nada akhir, dan puncak nada. Aliran nada dikarakteristik dalam struktur melodi suatu tuturan. Karakteristik bunyi pada gelombang suara diukur dengan me-ngetahui frekuensi, durasi, dan in-tensitasnya.
- Tujuan Penelitian
Penelitian gangguan bicara bertu-juan untuk mengetahui karakteristik learning disabilities dalam proses per-kembangan bahasa. Karakteristik akustik suara dapat diteliti melalui analisis artikulasi, frekuensi, pitch, intonasi, dll. Penelitian ini bertujuan untuk meng-analisis karakteristik suara anak penderita delayed speech berdasarkan spektrum suara, sehingga dapat ditentukan karak-teristik dari suara anak tersebut. Proses produksi suara dikenal dengan istilah phonation (voiced dan unvoiced) dan artikulasi yaitu proses modulasi atau pengaturan bunyi suara menjadi bunyi yang spesifik. Sementara itu, pitch menunjukkan nada dasa manusia yang terbagi atas suara rendah, sedang, dan tinggi.
- Target Penelitian
Data penelitian adalah anak pen-derita delayed speech berusia 5-10 tahun. Anak tersebut sedang menjalani proses terapi pada pusat rehabiltasi. Data anak direkam menggunakan alat perekam khu-sus dan hasil rekaman dianalisis meng-gunakan perangkat lunak Speech Filing System. Data mentah ditranskripsi dan disegmentasikan sehingga ditemukan data hasil berupa gambar spektrum suara dan silabel.
Sampel suara diambil dengan merekam suara dengan spesifikasi peng-aturan frekuensi sampling dan jumlah bit yang disesuaikan kemudian diubah menjadi data digital yang telah disimpan dalam bentuk file wav. Data kuantitatif diperoleh melalui hasil survei tabel perolehan bunyi suara pada stimulus yang telah diberikan. Stimulus yang diberikan berupa kata benda dan kata kerja dengan dua silabel (dua suku kata).
- Metode Penelitian
Penelitian ini merujuk pada Teori Fonologi Metrik (Metrical Phonology Theory) sebagai pengembangan teori fonologi (Liberman L. Streeter, 1976). Teori mengidentifikasi penekanan suku kata. Data pola irama suku kata disegmentasikan pada satu dimensi bunyi dengan deretan KV (CV-tier). Teori Fry (1955, 1958) dan Lehiste (1970) menggunakan ciri bunyi untuk menentukan tekanan bunyi pada suku kata, yaitu kenyaringan suku kata, panjang pendek suku kata dan tinggi rendah bunyi (pitch) atau frekuensi dasar (fundamental).
Penelitian ini mengambil data dari audio dan visual secara personal dalam 2 tahap. Pertama, tahap fitur visual, yaitu prosodi dan spektral, dan visual fitur ( yaitu menganalisis produksi suara melalui mimik objek).
- Hasil Penelitian
Hasil penelitian diperoleh melalui proses perekaman data, proses editing, dan segmentasi kata. Selanjutnya dilakukan proses sinkronisasi karena setiap kata yang dilafalkan mempunyai mempunyai interval waktu yang berbeda.
Hasil analisis data menunjukkan bahwa perolehan pitch low durability dan sedikit berbeda antara dua kelompok usia. Hasil analisis kata benda (’ayam’, ’bola’) dan kata kerja ’buka’ menunjukkan perfoma yang berbeda tipis pada tataran usia. Kenyaringan menunjukkan bahwa anak yang berusia lebih tinggi kurang nyaring dalam mengucapkan kata yang diminta. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perkembangan yang positif pada mental anak. Anak mulai dapat membedakan intonasi yang datar harus digunakan pada kata nomina.
- Kesimpulan
Penelitian sonority peak atau puncak silabel dan artikulasi berorientasi pada pengukuran sinyal ujaran. Anak delayed speech sering menemui kendala dalam memproduksi ujaran lisan (artikulasi, pitch, dan intonasi). Ditemukan indikasi adanya infleksi dan intonasi monoton pada subjek penelitian. Terdapat distorsi pada pitch, intonasi, dan pola stress. Pola intonasi yang dibatasi oleh batas nada tinggi atau rendah menunjukkan nada yang relatif datar dan lemah. Pitch yang dihasilkan lemah, kontrol volume kurang dan kualitas vokal yang relatif lemah.
No comments:
Post a Comment